Ads Top

Machu Picchu, Sebuah Kesalahan Nama untuk Merujuk Kota Inca Kuno


Pada 1911, sejarawan dan penjelajah Amerika Serikat Hiram Bingham menemukan "kota terlupakan" milik peradaban Inca di Amerika Selatan. Situs yang ditemukannya dinamai Machu Picchu berdasarkan Melchor Arteaga, seorang petani setempat yang menuliskan namanya di jurnal Bingham.

Situs ini populer yang didatangi arkeolog dan ilmuwan lainnya. Bahkan banyak film dan karya populer yang menyinggung tempat ini setelah banyak fakta yang terungkap. Sehingga, pamor Machu Picchu semakin melonjak dan membuatnya menjadi tempat pariwisata Peru yang harus dikunjungi.

Machu Picchu ditinggalkan pada abad ke-14, ketika penjelajahan Eropa berkembang ke Amerika Selatan. Masyarakat Inca yang dilanda krisis politik dan serangan dari bangsa yang tidak dikenali sebelumnya itu, membuat kota di puncak pegunungan itu terlupakan.

Namun, penjelajah Spanyol Baltasar de Ocampo lewat catatannya di abad ke-16 menulis sebuah kunjungan tentang "benteng yang berada di pegunungan" yang ditulisnya sebagai Pitcos. Reruntuhan itu lokasinya diapit oleh dua gunung yang disebut Huayna Picchu di utara dan Machu Picchu di selatan (jika dilihat di Google Maps bernama Cerro Machu Picchu).

Donato Gonzales dari Kementerian Kebudayaan Peru dan antropolog University of Illinois Brian Bauer memperkirakan terdapat kesalahan dalam penamaan tersebut. Mereka menuliskan pendapat dalam jurnal Ñawpa Pacha pada Agustus 2021.

Menyadur Science Alert, sebelum memulai penjelajahannya, Bingham mengumpulkan informasi yang salah satunya berisi percakapan dengan Adolfo Quevedo, seorang pemimpin kota terdekat. Quevedo menyebut reruntuhan itu sebagai "Huayna Picchu".

Petani lokal juga melaporkan pada Bingham beberapa hari kemudian bahwa ada reruntuhan yang disebut "Huayna Picchu". Tetapi ditambahkan, ada reruntuhan lain ternyata di puncak gunung Machu Picchu, walau cakupannya jauh lebih kecil dari yang lebih dekat ke Huayna Picchu.

Karena ada dua laporan inilah, Bingham menulis jurnalnya sebagai "Machu Picchu, Huayna Pichu" untuk merujuk situs itu.
Namun, Melchor Arteaga menuliskan pada Bingham sebagai Macho Pischo, dan menurut Bingham terdengar seperti "Pecchu" ketika diucapkan secara lantang. Inilah yanbg membuat Bingham menggunakan "Machu Picchu" untuk selanjutnya. Gonzales dan Bauer memperkirakan, Arteaga sepertinya tidak merujuk pada reruntuhan Huayna Picchu.

"Dari catatan lapangan dan suratnya, tampak bahwa dalam menyebut kota yang hancur Machu Picchu, Bingham mengikuti informasi yang diberikan Melchor Arteaga," tulis Gonzales dan Bauer.
"Karena Bapak Arteaga tinggal di kaki gunung dan telah mengunjungi reruntuhan sebelumnya, dan bahkan mendaki Huayna Picchu, tidak ada alasan bagi Bingham untuk mempertanyakan nama itu, meski dalam percakapan sebelumnya, yang diadakan di kota Urubamba, reruntuhan itu secara khusus disebut Huayna Picchu."

Mereka pun menelaah kembali catatan-catatan jauh sebelum yang dilaporkan Bingham. Berdasarkan masa penguasaan Spanyol, kota itu diungkapkan sebagai kota Picchu atau kota Huayna Picchu. Lalu nama Machu Picchu tidak pernah ada referensi yang pernah digunakan untuk situs ini. Nama Machu Picchu sendiri dalam bahasa Quechua berarti "gunung tua".

"Meskipun bukti negatif tidak pernah memuaskan, menarik bahwa kita tidak mengetahui referensi ke kota Inca bernama Machu Picchu sebelum laporan kunjungan Bingham tersebar ke seluruh dunia pada tahun 1912," tulis Gonzales dan Bauer.

Pandangan kelirunya "Machu Picchu" sebagai nama untuk merujuk situs di dataran tinggi Peru itu bukan pertama kali saja dilakukan Gonzales dan Bauer. Tahun 1990, John Rowe mengungkapkan hal yang sama berdasarkan arsip dari era kolonialisme Spanyol di abad ke-16, yang menunjukkan kota Inca kuno itu disebut "Picchu" di jurnal Histórica.


 

No comments:

Powered by Blogger.